bantu aku menulis cinta
dalam sebuah sajak hingga menjadi bijak
karna jauh di lubuk hati
ada getaran yang sukar untuk ku nafikan
untuk salu melihat mu,menatap mu
bahkan ingin slalu memeluk mu
sementara kisah ini hanyalah laksana siang
yang gumintang nya akan berujung senja
saat tangan ini tak mampu lagi memeluk mu
saat peluk ini tak kuasa lagi menghangat kan mu
aku tak ingin ada kebencian,atas air mata ku
aku tak ingin ada noktah prasangka
di atas kesedihan yang aku rasakan
ukir lah senyum di atas laman senja
seperti lengkung pelangi biaskan seribu warna
cerah hiasi langit saat lelah ku kembali mendera
dan,,,,aku akan tersenyum untuk mu
hingga aku mampu terlelap
dalam rengkuh sayap kesunyian malam
Esai Kalbu
Kumpulan puisi cerpen dan sastra tentang cinta Karena cinta tak akan pernah tuntas untuk di katakan.
Monday, January 30, 2012
Jiwa Yang Merindu Kasih Sayang Mu
burung burung pun masih menyimpan kicau nya
bersembunyi di balik rimbun dedaunan
sesekali mengintip di antara ranting ranting pepohonan
harum melati urung menyapa
terhimpun dalam putik putik yang terbalut kelopak
menyuncup pada tangkai menunggu embun turun dari tahta langit
waktu yang bersama ku adalah langkah kaki sang sunyi
di mana detik di setiap menit nya begitu lama
begitu perih tajam nya sepi merajah segenap terjaga ku
pandang ku terdampar dalam genggam gulita tak terbatas
begitu tinggi kubah kubah malam memenjarakan ku
sendiri dalam bui hampa tak bertepi
kunang kunang yang sempat menjadi harap ujung gelap ku
hanya sekejap sebelum bibir malam liar melumat suram nya
dalam bening tetesan air mata ku
butiran nya menyela pekat
ada semburat senyum yang tersimpan dalam samar
adalah jiwa ku yang telah lelah berlari
adalah jiwa yang telah bersujud dalam migrap
di atas altar nurani terlelap berteman mimpi
seharus nya itu juga aku,,,jasad ini
tersenyum atas semua mimpi
tiada kesah atas kisah yang tiada berpihak lagi
seharus nya air mata ini adalah,,,
suara kebahagiaan atas waktu yang bersama ku
karna aku pernah mempunyai mimpi
__(¯'•¸·'îï€'·¸•'¯)__
bersembunyi di balik rimbun dedaunan
sesekali mengintip di antara ranting ranting pepohonan
harum melati urung menyapa
terhimpun dalam putik putik yang terbalut kelopak
menyuncup pada tangkai menunggu embun turun dari tahta langit
waktu yang bersama ku adalah langkah kaki sang sunyi
di mana detik di setiap menit nya begitu lama
begitu perih tajam nya sepi merajah segenap terjaga ku
pandang ku terdampar dalam genggam gulita tak terbatas
begitu tinggi kubah kubah malam memenjarakan ku
sendiri dalam bui hampa tak bertepi
kunang kunang yang sempat menjadi harap ujung gelap ku
hanya sekejap sebelum bibir malam liar melumat suram nya
dalam bening tetesan air mata ku
butiran nya menyela pekat
ada semburat senyum yang tersimpan dalam samar
adalah jiwa ku yang telah lelah berlari
adalah jiwa yang telah bersujud dalam migrap
di atas altar nurani terlelap berteman mimpi
seharus nya itu juga aku,,,jasad ini
tersenyum atas semua mimpi
tiada kesah atas kisah yang tiada berpihak lagi
seharus nya air mata ini adalah,,,
suara kebahagiaan atas waktu yang bersama ku
karna aku pernah mempunyai mimpi
__(¯'•¸·'îï€'·¸•'¯)__
Saturday, January 28, 2012
Putri Songgo Langit
jika anda telah membaca salah satu cerita sejarah tentang kesenian Reog Ponorogo
anda pasti pasti tak asing lagi dengan salah satu tokoh sentral tercipta nya kesenian Reog
yaitu Dewi Songgo Langit,,
Dia adalah putri dari kerajaan kediri yang mempunyai paras yang sangat cantik
hingga para raja di kawasan pulau jawa pada kusus nya merasa jatuh hati pada nya
tak terkecuali Prabu Klono sewandono raja dari Bantar Angin,kerajaan di daerah wengker kabupaten Ponorogo kala itu
dalam versi cerita tersebut di sebut kan bahwa Reog tercipta di mulai dari sayembara
yang di adakan oleh Putri Songgo Langit,sebagai syarat kepada para bangsawan/raja
yang ingin menjadikan nya sebagai permaisuri
di karenakan banyak nya raja yang ingin menyunting Putri Songgo Langit
maka putri mengadakan sayembara
barang siapa mampu menyajikan sebuah kesenian yang belum pernah ada sebelum nya
maka dialah yang akan di terima pinangan nya
dan saat itu Prabu Klono sewandono lah pemenang nya
Cerita tersebut menjadi salah satu legenda yang mengawali tercipta nya Reog hingga sekarang
dalam penghargaan nya terhadap Dewi Songgo Langit,di daerah Ponorogo,
kita bisa menemukan salah satu patung yang mengambarkan Dewi songgo langit
tepat nya di taman kota utara alun alun kota Ponorogo (blog M ) blog macan
nama Songgo Langit juga di abadikan sebagai nama sebuah pasar induk di kabupaten Ponorogo (dulu Pasar Legi)
sosok Putri Songgo langit juga sering kita jumpai
dalam setiap vestifal Reog resmi,kirap budaya grebek suro,Larungan di telaga Ngebel
yang di peran kan oleh seorang gadis yang cantik jelita
Tokoh Dan Alur Pementasan Reog
PEMENTASAN
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping.
Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.
Tokoh-tokoh dalam seni Reog
1. Jatilan
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik
2. Warok
Warok Ponorogo
"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).
Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.
3. Barongan (Dadak merak)
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. [4] Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.
4. Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran
5. Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh penonton khususnya anak - anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti
sumber : id.wikipedia.org
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping.
Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.
Tokoh-tokoh dalam seni Reog
1. Jatilan
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik
2. Warok
Warok Ponorogo
"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).
Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.
3. Barongan (Dadak merak)
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. [4] Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.
4. Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran
5. Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh penonton khususnya anak - anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti
sumber : id.wikipedia.org
kategori :
budaya
Location:
Serangan, Sukorejo, Indonesia
Friday, January 27, 2012
Sejarah Reog Ponorogo
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok [1], namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya [2]. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya[3].
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
sumber : id wikipedia.org
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok [1], namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya [2]. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya[3].
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
sumber : id wikipedia.org
Thursday, January 26, 2012
aku
tiada terlebih dari yang selalu mengeluh tentang sepercik kekurangan
atau juga tiada kurang dari mereka yang selalu berlimpah sebuah kesempatan
aku hanyalah pencari jati diri yang terhempas dalam kerumunan bimbang
namun mata hati ku aku jaga untuk tetap terbuka
menyusup gulita zaman yang acap menyesat kan
dan diam ku akan ku balut untuk picik picik kemunafikan
aku hanyalah pencari jati diri yang biasa
tanpa kelebihan dari yang lain
orang orang yang selalu menangis dengan sebuah kegagalan
atau mereka yang mencoba mengukir seutas senyum
di atara perih tangis yang mereka rasakan
aku hanyalah sosok sederhana yang sedang belajar
belajar untuk mampu berkata tentang apa yang aku rasa
berbicara tentang apa yang aaku lihat
dan menjawab seperti apa yang aku tau
jika selembar ruang dan waktu membuat aku bertemu dengan mu
tanpa kau pinta aku tlah mencatat nama mu dalam cerita gubahan sejarah ku
bahkan mungkin kau tak pernah sadar apalagi tahu tentang itu
hingga kelak bila kita telah terpisah,,,,,,,,,
aku tak akan pernah melupakan tentang saat saat bersama mu
dan aku akan tersenyum,,,,
saat ada suara yang mengeja tentang diri mu
seraya aku berkata,,, dia pernah menjadi sahabat baik ku
ponorogo : monday,23-Januari-2012
atau juga tiada kurang dari mereka yang selalu berlimpah sebuah kesempatan
aku hanyalah pencari jati diri yang terhempas dalam kerumunan bimbang
namun mata hati ku aku jaga untuk tetap terbuka
menyusup gulita zaman yang acap menyesat kan
dan diam ku akan ku balut untuk picik picik kemunafikan
aku hanyalah pencari jati diri yang biasa
tanpa kelebihan dari yang lain
orang orang yang selalu menangis dengan sebuah kegagalan
atau mereka yang mencoba mengukir seutas senyum
di atara perih tangis yang mereka rasakan
aku hanyalah sosok sederhana yang sedang belajar
belajar untuk mampu berkata tentang apa yang aku rasa
berbicara tentang apa yang aaku lihat
dan menjawab seperti apa yang aku tau
jika selembar ruang dan waktu membuat aku bertemu dengan mu
tanpa kau pinta aku tlah mencatat nama mu dalam cerita gubahan sejarah ku
bahkan mungkin kau tak pernah sadar apalagi tahu tentang itu
hingga kelak bila kita telah terpisah,,,,,,,,,
aku tak akan pernah melupakan tentang saat saat bersama mu
dan aku akan tersenyum,,,,
saat ada suara yang mengeja tentang diri mu
seraya aku berkata,,, dia pernah menjadi sahabat baik ku
ponorogo : monday,23-Januari-2012
kategori :
diary ku
Location:
Serangan, Sukorejo, Indonesia
Monday, January 23, 2012
Gerimis senja itu
senja dengan semerbak aroma gerimis
menikmati tarian lentik nya di atas pelataran
mencumbu helai rerumputan yang pasrah
hingga basah pada gigil diam tanpa kata
spoi yang berhembus pun
membuat daun daun kering mulai cemas
akan tanggal yang membuat nya terhempas
dari ranting yang pernah menghijaukan nya
kembara jiwa ku seperti panorama senja
kala renta telah membalut jasad
kala layu telah menjadi paras
mungkin sampai sudah arung pada tepian dermaga
dan harus beranjak dari kelembutan biru samudra keindahan mu
berjalan dengan langkah kecil di atas butiran pasir
yang tak pernah berjejak untuk kau kenang
hingga aku akan sampai pada tepian tebing
menuliskan sepenggal cerita tentang kita
memahat nama mu di antara keras nya bebatuan
bila waktu riak riak itu sampai ke tepian pantai
akan selalu melihat,,,
betapa cinta ini selama nya untuk diri mu
di situ telah bersemayam menjadi nisan
kala tangan tangan ini tak lago mampu
untuk memeluk mu,,,,,
menikmati tarian lentik nya di atas pelataran
mencumbu helai rerumputan yang pasrah
hingga basah pada gigil diam tanpa kata
spoi yang berhembus pun
membuat daun daun kering mulai cemas
akan tanggal yang membuat nya terhempas
dari ranting yang pernah menghijaukan nya
kembara jiwa ku seperti panorama senja
kala renta telah membalut jasad
kala layu telah menjadi paras
mungkin sampai sudah arung pada tepian dermaga
dan harus beranjak dari kelembutan biru samudra keindahan mu
berjalan dengan langkah kecil di atas butiran pasir
yang tak pernah berjejak untuk kau kenang
hingga aku akan sampai pada tepian tebing
menuliskan sepenggal cerita tentang kita
memahat nama mu di antara keras nya bebatuan
bila waktu riak riak itu sampai ke tepian pantai
akan selalu melihat,,,
betapa cinta ini selama nya untuk diri mu
di situ telah bersemayam menjadi nisan
kala tangan tangan ini tak lago mampu
untuk memeluk mu,,,,,
Subscribe to:
Posts (Atom)